Isu COVID-19 masih menjadi topik hangat dalam event-event diplomatik internasional, termasuk G20 yang berlangsung di Italia dan diikuti Indonesia. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan bahwa salah satu agenda utama dalam konferensi itu adalah koordinasi penanganan COVID-19 secara global.
Sebagaimana diketahui, pandemi COVID-19 belum menunjukkan tanda-tanda akan rampung dalam waktu dekat. Walau beberapa negara sudah mulai melonggarkan pembatasan sosial, beberapa kembali ke mode lockdown. Hal itu dikarenakan terus bermutasinya virus COVID-19 menjadi varian-varian baru seperti varian Delta.
“Dunia menghadapi banyak tantangan…mulai dari COVID-19, pemulihan ekonomi (akibat pandemi) dan ketahanan pangan. Untuk hal tersebut, tak ada pilihan lain kecuali membuat multilateralisme dan global governance,” ujar Retno Marsudi dalam keterangn persnya dari Konferensi G20, Italia, Selasa, 29 Juni 2021.
Retno menjelaskan, maksud dari multilateralisme dan global governance dalam konteks COVID-19 adalah jangan sampai negara-negara tidak saling bantu. Apa yang diperlukan dalam kondisi sekarang, menurut Retno, bukanlah “tembok: melainkan “jembatan” di mana negara saling menyokong dalam melawan COVID-19.
Seperti diberitakan selama ini, distribusi vaksin COVID-19 di dunia masih tidak merata. WHO, beberapa kali mengeluh distribusi vaksin COVID-19 masih terfokus kepada negara-negara dengan perekonomian menengah ke atas. Hal itu diperburuk dengan belum banyaknya negara yang memakai sistem donasi vaksin via COVAX.
“Banyak negara mengatakan vaksin COVID-19 adalah kebutuhan publik yang sifatnya global. Maka yang diperlukan adalah meningkatkan komitmen multilateral.”
“Komitmen yang perlu ditingkatkan antara lain berbagai dosis COVID-19 via COVAX, mendukung pembagian teknologi dan paten vaksin COVID-19 (TRIPS Waiver) via WTO, dan menyediakan pendanaan untuk menutupi kekurangan ACT-A,” ujar Retno tegas.
Jika kerjasama global itu terwujud, Retno mengatakan negara-negara di Afrika bisa terbantu. Saat ini, kata Retno, proporsi Afrika dalam total pelaksanaan vaksinasi global masih sangat kecil, kurang dari 2 persen.
Kerjasama multilateral dan global governance seperti TRIPS Waiver dianggap Retno bisa membantu Uni Afrika mewujudkan inisiatif manufaktur vaksin COVID-19. Selama ini, inisiatif itu terkendala kapasitas Afrika dalam memproduksi vaksin yang masih harus ditingkatkan.
Selain membahas kerjasama global untuk distribusi COVID-19, Retno menambahkan bahwa dirinya juga bertemu dengan Menlu Inggris Dominic Raab. COVID-19 juga menjadi topik utamanya di mana pertemuan digelar untuk mengkonfirmasi rencana Inggris mendonasikan vaksin COVID-19 ke Indonesia.
“Mengenai jumlah dan waktu pengiriman, masih akan kami bahas lebih lanjut,” ujar Retnp Marsudi.